Sabtu, 28 April 2012

Gelar-Gelar Ahli Hadits

1.      Al Musnid, yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik ia mengetahuinya atau tidak. Al musnid juga disebut dengan Al Thalib, Al Mubtadi, dan Al Rawi.
2.      Thalib Al Hadist, yaitu orang yang sedang menuntut hadits.
3.       Al Hafidz, yaitu
Ø  Persamaan dari al Muhaddits, menurut mayoritas ahli hadits.
Ø  Al Hafidz lebih tinggi derajatnya dari pada al Muhaddits, dengan sekiranya mengetahui apa yang ada dalam tiap-tiap tingkatan itu lebih banyak dari apa yang diketahuinya.
Ø  Gelar untuk ahli hadis yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits dan dapat menta’dilkan dan menjarhkan rawinya. Seorang al Hafidz harus menghafal hadits-hadits sahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-illat hadits, dan istilah-istilah para muhaddits.
Ø  Orang yang memadukan sifat-sifat muhaddits ditambah dengan banyaknya hafalan dan banyaknya jalur agar dapat disebut al Hafidz. Al Hafidz adalah orang yang menghafal 100.000 hadits baik dalam segi matan maupun sanadnya, meskipun dengan jalur yang beragam, mengetahui yang shahih dan mengenal berbagai peristilahan yang digunakan dalam buku hadits. 
Ø  Al Mizzy mengatakan, al Hafidz adalah orang yang pengertiannya banyak dari pada yang tidak diketahuinya. Bila ia berhasil menghafal lebih dari 100.000 hadits lengkap dengan sanadnya, maka ia mencapai julukan Hafidz Hujjah. Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain al Iraqi, Syarafuddin al Dimyathi, Ibnu Hajar al Atsqalani, dan Ibnu Daqiqil Id.
4.      Al Muhaddits, Yaitu;
Ø  Menurut muhadditsin mutaqaddimin, al hafidh dan al muhaddits itu searti.
Ø Menurut muhadditsin mutaakhkhirin, al hafidh itu lebih khusus daripada al-muhaddits.
Ø  Al Taju al Subhi mengatakan, Al-muhaddits ialah orang yang dapat mengetahui sanad sanad, illat illat, nama nama rijal (rawi-rawi), ali (tinggi), dan nazil (rendah)nya suatu hadis, memahami kutubus sittah: Musnad Ahmad, Sunan al Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadis sekurang-kurangnya100 buah.
Ø  Orang yang mahir dalam bidang hadits, baik dari segi riwayah maupun dirayahnya, mampu membedakan yang lemah dari yang shahih, mengenal ilmu-ilmu dan peristilahannya, mengenal yang mukhtalif dan mu’talif dari para perawinya, dan memperoleh semua itu dari imam-imam hadits, disamping mengetahui dalam kata-kata ghorib dalam hadits dan hal-hal lain, yang memungkinkan mengajarkannya kepada orang lain. Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain Atha ibn Abi Ribah (seorang mufti masyarakat Mekah, w. 115 H) dan Imam Al Zabidi (salah seorang ulama yang mengikhtisharkan kitab Bukhari Muslim).
5.      Al-Hujjah, Yaitu gelar keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, maupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya, dan biografinya (riwayat hidupnya). Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain ialah Hisyam ibn Urwah (w. 146 H), Abu Hudzail Muhammad ibn Al Walid (w. 149 H), dan Muhammad Abdullah ibn Amr (w. 242 H).
6.      Al Hakim, yaitu orang yang mengetahui seluruh hadits yang pernah diriwayatkan, baik dari segi sanad maupun matan, jarh (tercela)nya, ta’dil (terpuji)nya, dan sejarahnya. Setiap rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru guru, dan sifat sifatnya yang dapat diterima maupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadis lebih dari 300.000 hadis beserta sanadnya. Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain Ibn Dinar (w. 162 H), Al Laits ibn Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (w. 175 H), Imam Malik (w. 179 H), dan Imam Syafi (w. 204 H).
7.      Amirul Mu’minin fi Al Hadits, yaitu;
Ø  Julukan ini diberikan kepada orang yang populer pada masanya dalam bidang hafalan dan dirayah hadits, sehingga menjadi tokoh dan imam pada masanya. Julukan ini telah diberikan kepada orang-orang semisal Abdurrahman ibn Abdillah ibn Dzakwan al Madany (Abu az Zanad), Syu’bah ibn Hajjaj, Sufyan al Tsauriy, Imam Malik ibn Anas, Imam Bukhari, dan lain-lain. Mereka merupakan imam-imam hadits terkemuka, yang mendapat kesaksian imam-imam besar dan mayoritas umat mengenai keimanan mereka dan kedalaman mereka dalam bidang ini. 
Ø  Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah Khalifah Abu Bakar r.a. Para khalifah diberikan gelar demikian mengingat jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan khalifah, bahwa khalifah ialah orang-orang sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan hadisnya. Para muhaddits pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan sunnah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain Syu'bah ibn Hajjaj, Sufyan al Tsauri, Ishaq ibn Rahawaih, Ahmad ibn Hambal, Al Bukhari, Ad Daruquthni, dan Imam Muslim.


Al Khatib, Dr. Muhammad ‘Ajjaj, Ushul Al-Hadist Pokok-Pokok Ilmu Hadist, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007.

Al Thalhan, Dr. Mahmud, Taisir Mushtholah Al Hadits, Al Haramain.

Jumat, 27 April 2012

خُذُوْنِي



اِلَى الْحَبِيْبِ خُذُوْنِي * اِلَى الضِّيَاءِ عُيُوْنِي
ِالَى الْمُخْتَارْ حَيْثُ اْلأَنْوَارْ * وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي

خُذُوْنِي فَضَادِيَ طَالَ وَزَانْ * نُمَتِّعُ بَصَرِي وَكَذَا الْفُؤَادْ
وَأَلْقَى هَناَىَ وَأَلْقَى مُنَاىَ * لِنُوْرِ الْعَيْن لِطَهَ الزَّيْن
وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي

فَقَاعِدُ عِنْدَ مَقَامِ الْحَبِيْب * تُثِيْرُ هُمُوْمَ الْمُحِبِّ الْقَرِيْب
وَأَلْقَى هَناَىَ وَأَلْقَى مُنَاىَ * لِنُوْرِ الْعَيْن لِطَهَ الزَّيْن
وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي

Jumat, 23 Maret 2012

Tartib al Suwar

BAB I
Pendahuluan
Al Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung petunjuk bagi umat manusia. Al Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk umat atau suatu umat masa tertentu, tetapi untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Karena semua itulah, Al Qur’an al karim merupakan objek perhatian dari Rasulullah SAW., para sahabat dan ulama’ salaf maupun khalaf sampai saat ini.
Al Qur’an terbagi atas beberapa surat dan didalam surat terdiri dari beberapa ayat. Pembagian Al Qur’an ke dalam surat-surat memberikan kemudahan untuk mempelajari, mengkaji, bahkan menghafalkan Al Qur’an bagi manusia. Surat menguraikan secara rinci menurut problem-problem sejenis sehingga pengertian menjadi runtut.
Surat merupakan benteng dan penjagaan bagi Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an dan agama Islam dari segi keberadaannya sebagai mukjizat yang melemahkan setiap yang sombong.

BAB II
·         Pengertian Surat

          Suwar adalah kata jamak dari kata surah. Surat memiliki beberapa arti dan makna,
secara etimologi, dikatakan oleh al-Qamus: “ Kata al-surat bararti (  المزيله ) yaitu, posisi. Dan ada juga makna lainnya yaitu : ( الشرف  ( artinya kemuliaan dan juga kedudukan. Sedangkan secara terminologi,
هي: طائفة مستقلة من ايات القران ذات مطلع ومقطع السورة
Artinya: surat berarti sekumpulan / sekelompok ayat-ayat al-qur’an yang mandiri yang memiliki permulaan dan penghabisan.
Pendapat lain mengatakan, surah berasal dari bahasa Ibrani shurah, baris’, yang dipakai untuk bata dalam tembok dan untuk cabang tanaman yang merambat.  Hal itu diambil dari makna “ tembok yang membatasi suatu kota “. Dari arti tersebut bisa disimpulkan, bahwa maknanya adalah serangkaian bacaan atau bab, meskipun agak dipaksakan. Lagi pula arti tersebut tidak memberikan makna sebagaimana kata surat yang terdapat didalam Al Qur’an.
Dalam surat Yunus dan surat Hud disebutkan;
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ  

Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."(QS : Yunus 38)
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ  
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."(QS : Hud 13)
Serta surat Al Ankabut disebutkan;
ö@è% (#qè?ù'sù 5=»tGÅ3Î/ ô`ÏiB ÏZÏã «!$# uqèd 3y÷dr& !$yJåk÷]ÏB çm÷èÎ7¨?r& bÎ) óOçFZà2 šúüÏ%Ï»|¹ ÇÍÒÈ  
Katakanlah: "Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar."(QS : Al Ankabut 49)
Dalam ketiga ayat tersebut bisa kita tarik kesimpulan, bahwa kata surat berasal dari bahasa Suriah surta, yang mengandung arti ‘tulisan’, ‘teks kitab suci’, dan bahkan ‘kitab suci’.
Pengertian surat secara etimologi sangatlah banyak, disini kami (pemakalah) lebih cenderung pada pegertian yang berasal dari bahasa Suriah, yang mengambil kesimpulan dari beberapa ayat Al Qur’an.
·         Teori Tentang Nama-Nama Surat
Didalam Al-Qur’an ada sejumlah 35 surat yang dinamai dengan nama-nama yang tiada tersebut perkataan yang dijadikan nama itu di permulaan surat, seperti surah Al-Baqarah. Perkataan al-Baqarah ( sapi betina ) disebut sesudah 65 ayat berlalu dari permulaannya.Surat Ali’Imran demikian juga, yakni terdapat sebutan Ali’Imran sesudah 32 ayat. Dalam Surat An Nisa terdapat beberapa kali perkataan An Nisa. Adapun demikian dengan Al Maidah, sesudah 110 ayat berlalu barulah kita berjumpa lafadz itu akan tetapai jika diperiksa berulang-ulang, terdapatlah bahwa kata-kata yang menjadi nama itu walaupun tidak terletak di permulaan surat pada pembacaan, namun ia dipermulaan surat pada turunnya. 
Jumlah surat ada 114. Yang pertama dikenal sebagai Fatihah, ‘ Pembukaan ’, adalah doa pendek. Al Fatihah sendiri mempunyai beberapa nama lain, diantaranya adalah Asy Syafiyah (penyembuh), Ar Ruqyah (mantra), Al Asas (asas dan dasar), Al Waqiyah (pemelihara), Al Kanz (bekal), Ad Du’a’ (doa), As Syukr (syukur), Al Hamid (pujian), Ash Sholat (permohonan), Al Wafiyah (yang amat sempurna), As Sab’ul Matsany, Al Qur’an Al ‘Adzim, Al Kafiah (memadai), Ummul Qur’an, Ummul Kitab dan lain sebagainya.
Setiap surah mempunyai nama atau judul. Umumnya, nama tidak mengacu kepada pokok bahasan surat, melainkan yang menonjol dari surah itu. Misalnya saja surat An-Nahl yang berarti lebah, tetapi lebah baru disebut pada ayat : 68-70, yaitu sesudah lebih dari separohnya; ini satu-satunya bacaan dalam Qur’an yang berbicara tentang lebah. Begitupula, surah As Syu’araa’ yang berarti para penyair; tetapi satu-satunya tempat yang menyebut penyair adalah ayat 224, pada bagian akhir surat.
Teori penamaan surat-surat tersebut berdasarkan tauqifi dan juga ijtihadi. Tauqifi yakni ditangani langsung oleh nabi. Berdasarkan dari hadits-hadits nabi seperti, hadis sahih yang menyatakan bahwa Rasulullah membaca surah A’raf dalam shalat Marghrib dan dalam shalat Shubuh, hari Jum’at membaca surah as-Sajadah, juga membaca surah Qaf pada waktu khutbah, surah Jumu’ah dan surah Munafiqun dalam shalat Jum’at. Hadits tersebut telah menyebutkan beberapa nama surat dari Al Qur’an, yang kemudian nama-nama tersebut dijadikan  nama-nama surat didalam Al Qur’an. Ijtihadi yakni ditangani oleh para sahabat. Karena keterbatasan hadits-hadits nabi yang tidak menyebutkan semua nama-nama surat, maka nama surat diperkenalkan oleh cendikiawan atau penyunting di kemudian hari untuk memudahkan pengacuan.

·         Kelompok-Kelompok Surat
Para Sahabat mengelompokkan surat-surat Al-Qur’an menjadi 4 bagian, masing-masing kelompok itu disebut dengan istilah khusus, yaitu: “ As-Sab’ut Thiwal”, “Al-Mi’un”, “Al- Matsani”, dan “Al-Mufashshal”.
“ As Sab’ut Thiwal terdiri dari tujuh surat panjang, yaitu al-baqarah, ali imran, an-nisa’, al-ma’idah, al-an’am, dan al-a’raf. Inilah ke-enam yang pertama, sedang yang ke-tujuh ulama’ berbada pendapat;
  1. Pendapat yang pertama, surat Al Anfal dan Al Bara’ah menjadi sekaligus, karna tidak adanya pemisahan antara ke-duanya dengan basmallah. Sesuai yang diriwayatkan oleh Ibnu Asytah dari Ismail bin Abbas dari Hibban bin Yahya dari Abu Muhammad al-Qurasyiy, ia berkata :
امرهم عثمان ان يتابعواالطوال فجعل سورة الانفال وسورة التوبة فى السبع ولم يفصل بينهما ببسم الله الرحمن الرحيم 
Artinya: Ustman memerintahkan kepada para sahabat agar mengurutkan surat-surat yang panjang-panjang. Kemudian ia menjadikan Al Anfal dan Al Taubah didalam kelompok “ tujuh” dan surat yang ketujuh. Dan ia tidak memisahkan antara al-Anfal dan al-Taubah dengan basmalah.
  1. Pendapat yang kedua mengatakan surat ketujuh dari As Sab’ut Thiwal adalah surat Yunus, karena surat Al Anfal dan Al Taubah merupakan dua surat yang berbeda, bukan satu surat, meskipun dalam surat Al Taubah tidak terdapat pemisah suratnya yaitu basmallah.
“Al Mi’un” merupakan surat-surat yang jumlah ayatnya sekitar seratus lebih, yaitu surat Yusuf, Hud, Yusuf, An Nahl, Al Kahfi, Al Isra’, Al Anbiya’, Thaha, Al Mukminun, Asy Syu’ara’, dan Ash Shaffat.
“Al Matsany” merupakan surat-surat yang jumlah ayatnya dibawah kelompok Al Mi’un.Af Farra’ mengatakan bahwa Al Matsani adalah surat-surat yang jumlah suratnya kurang dari seratus ayat. Karena ia diulang-ulang, lebih dari diulang-ulangnya kelompok As Sab’ut Thiwal dan Al Mi’un. Diantaranya surat Al Ahzab, Al Hajj, Al Qashash, Tha Sin, Al Furqan, Al Hijr, Al Ra’du, Saba’, Al Mujadalah, Al Zukhruf, Al Hijr dan lain sebagainya.
“Al Mufashshal” merupakan surat-surat yang ada pada bagian akhir Al Qur’an. Diantaranya Al Rahman, Al Najm, Al Muzammil, Al Dzariyat, Al Balad, Al Ghosyiyah, Al Waqi’ah, Al Lail, Al Qiyamah, Al Buruj dan lain sebagainya. Disebut Mufashshal karena banyaknya pemisah antara surat-suratnya dengan basmallah. Ada yang mengatakan karena adanya mansukh didalamnya. Oleh karena itu Mufashshal disebut juga dengan ”Al Muhkam”, sebagaimana riwayat Al Bukhari dari Sa’id bin Zubair, katanya: “sesungguhya yang kalian sebut sebagai Al Mufashshil itu tidak lain adalah Al Muhkam”.
Al Mufashshal dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu; “Thiwal”, “Ausath”, “Qishar”. Yang masuk kelompok Thiwal adalah dari surat Al Hujurat sampai surat Al Buruj. Yang masuk kelompok Ausath adalah dari surat Al Thariq sampai surat Al Bayyinah. Dan yang masuk kelompok Qishar adalah dari surat Al Zalzalah sampai akhir Alqur’an.

·         Sistematika Penyusunan Surat dan Argumennya
Dikalangan ulama’ terdapat tiga pendapat dalam permasalahan sistematika penyusunan surat-surat Al Qur’an, yaitu:
1.      Kelompok Pertama berpendapat, bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi yang diberitahukan Jibril atas perintah Allah Swt. Seperti yang ada ditangan kita sekarang ini, yaitu tertib mushaf Ustmani. Tak ada seorang sahabat pun yang menentangnya
Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah telah membaca beberapa surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat Mufashshal (surat-surat pendek) dalam satu rakaat. Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud katanya, ”surat Bani Israil, Al Kahfi, Maryam, Thaha, dan Al Anbiya’ termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku pelajari”. Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan sekarang ini.
2.      Kelompok kedua berpendapat, bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, mengingat adanya perbedaan tertib surat dalam mushaf-mushaf mereka. Seperti mushaf sahabat Ali yang disusun menurut urutan turunnya (masanya), maka mushafnya dimulai dari urat Al ‘Alaq, Al Muddatsir, Tabbat, At Takwir, dan seterusnya. Mushaf sahabat Ibnu Mas’ud yang dimulai dengan Al Baqarah, Al Nisa’, Ali Imran, dan seterusnya. Dan juga mushaf sahabad Ubay bin Ka’ab yang dimulai dengan Al Fatihah, Al Baqarah, Al Nisa’, Ali Imran, dan seterusnya
3.      Kelompok terakhir berpendapat, bahwa sebagian surat itu tertibnya tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat, hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi. Misalnya, keterangan yang menunjukkan tertib as sab’ut thiwal, dan al mufashshal pada masa hidup Rasulullah.
Abu Bakar Al Anbari juga membela pendapat ini, ia berkata: Allah SWT. menurunkan Al qur’an ke langit dunia, kemudian menurunkannya secara bertahap selama dua puluh tahun lebih. Suatu surat turun karena suatu peristiwa. Jibril membimbing Nabi saw. dimana letak surat, ayat atau huruf yang semestinya. Semuanya dari Nabi saw.. Karena itu siapa yang mendahulukan suatu surat ( yang seharusnya diakhirkan ) ataupun mengakhirkan suatu surat ( yang semestinya didahulukan ), berarti telah merusak urutan Al-Qur’an.
Dibawah ini adalah tabel tartib al suwar berdasarkan mushaf Ali, yang yang disusun berdasarkan turunnya wahyu dan mushaf Utsmani, yang disusun berdasarkan tauqifi:

Mushaf Utsmani
Mushaf Ali bin Abi Thalib
No. Surat
Nama Surat
Jumlah Ayat
Tempat Turun
Urutan Turun
No. Surat
Nama Surat
Tempat Turun
1
Al-Faatihah
7
Makkiyah
1
96
Al-'Alaq
Makkiyah
2
Al-Baqarah
286
Madaniyah
2
68
Al-Qalam
Makkiyah
3
Ali 'Imran
200
Madaniyah
3
73
Al-Muzzammil
Makkiyah
4
An-Nisaa'
176
Madaniyah
4
74
Al-Muddatstsir
Makkiyah
5
Al-Maa-idah
120
Madaniyah
5
1
Al-Faatihah
Makkiyah
6
Al-An'am
165
Makkiyah
6
111
Al-lahab
Makkiyah
7
Al-A'raaf
206
Makkiyah
7
81
At-Takwiir
Makkiyah
8
Al-Anfaal
75
Madaniyah
8
87
Al-A'laa
Makkiyah
9
At-Taubah
129
Madaniyah
9
92
Al-Lail
Makkiyah
10
Yunus
109
Makkiyah
10
89
Al-Fajr
Makkiyah
11
Huud
123
Makkiyah
11
93
Adh-Duhaa
Makkiyah
12
Yusuf
111
Makkiyah
12
94
Al-insyirah
Makkiyah
13
Ar-Ra'du
43
Makkiyah
13
103
Al-'Ashr
Makkiyah
14
Ibrahim
52
Makkiyah
14
100
Al-'Aadiyaat
Makkiyah
15
Al-Hijr
99
Makkiyah
15
108
Al-Kautsar
Makkiyah
16
An-Nahl
128
Makkiyah
16
102
At-Takaatsur
Makkiyah
17
Al-Israa'
111
Makkiyah
17
107
Al-Maa'uun
Makkiyah
18
Al-Kahfi
110
Makkiyah
18
109
Al-Kaafiruun
Makkiyah
19
Maryam
98
Makkiyah
19
105
Al-Fiil
Makkiyah
20
Thaahaa
135
Makkiyah
20
113
Al-Falaq
Makkiyah
21
Al-Anbiyaa'
112
Makkiyah
21
114
An-Naas
Makkiyah
22
Al-Hajj
78
Madaniyah
22
112
Al-Ikhlas
Makkiyah
23
Al-Mu'minuun
118
Makkiyah
23
53
An-Najm
Makkiyah
24
An-Nuur
64
Madaniyah
24
80
Abasa
Makkiyah
25
Al-Furqaan
77
Makkiyah
25
97
Al-Qadr
Makkiyah
26
Asy-Syu'araa'
227
Makkiyah
26
91
Asy-Syams
Makkiyah
27
An-Naml
93
Makkiyah
27
85
Al-Buruuj
Makkiyah
28
Al-Qashash
88
Makkiyah
28
95
At-Tiin
Makkiyah
29
Al-'Ankabuut
69
Makkiyah
29
106
Quraisy
Makkiyah
30
Ar-Ruum
60
Makkiyah
30
101
Al-Qaari'ah
Makkiyah
31
Luqman
34
Makkiyah
31
75
Al-Qiyaamah
Makkiyah
32
As-Sajdah
30
Makkiyah
32
104
Al-Humazah
Makkiyah
33
Al-Ahzab
73
Madaniyah
33
77
Al-Mursalaat
Makkiyah
34
Saba '
54
Makkiyah
34
50
Qaaf
Makkiyah
35
Faathir
45
Makkiyah
35
90
Al-Balad
Makkiyah
36
Yaasiin
83
Makkiyah
36
86
Ath-Thaariq
Makkiyah
37
Ash-Shaaffat
182
Makkiyah
37
54
Al-Qamar
Makkiyah
38
Shaad
88
Makkiyah
38
38
Shaad
Makkiyah
39
Az-Zumar
75
Makkiyah
39
7
Al-A'raaf
Makkiyah
40
Al-Mu'min
85
Makkiyah
40
72
Al-Jin
Makkiyah
41
Fushshilat
54
Makkiyah
41
36
Yaasiin
Makkiyah
42
Asy-Syuura
53
Makkiyah
42
25
Al-Furqaan
Makkiyah
43
Az-Zukhruf
89
Makkiyah
43
35
Faathir
Makkiyah
44
Ad-Dukhaan
59
Makkiyah
44
19
Maryam
Makkiyah
45
Al-Jatsiyaah
37
Makkiyah
45
20
Thaahaa
Makkiyah
46
Al-Ahqaaf
35
Makkiyah
46
56
Al-Waaqi'ah
Makkiyah
47
Muhammad
38
Madaniyah
47
26
Asy-Syu'araa'
Makkiyah
48
Al-Fath
29
Madaniyah
48
27
An-Naml
Makkiyah
49
Al-Hujuraat
18
Madaniyah
49
28
Al-Qashash
Makkiyah
50
Qaaf
45
Makkiyah
50
17
Al-Israa'
Makkiyah
51
Adz-Dzariyaat
60
Makkiyah
51
10
Yunus
Makkiyah
52
At-Thuur
49
Makkiyah
52
11
Huud
Makkiyah
53
An-Najm
62
Makkiyah
53
12
Yusuf
Makkiyah
54
Al-Qamar
55
Makkiyah
54
15
Al-Hijr
Makkiyah
55
Ar-Rahmaan
78
Makkiyah
55
6
Al-An'am
Makkiyah
56
Al-Waaqi'ah
96
Makkiyah
56
37
Ash-Shaaffat
Makkiyah
57
Al-Hadiid
29
Madaniyah
57
31
Luqman
Makkiyah
58
Al-Mujaadilah
22
Madaniyah
58
34
Saba '
Makkiyah
59
Al-Hasyr
24
Madaniyah
59
39
Az-Zumar
Makkiyah
60
Al-Mumtahanah
13
Madaniyah
60
40
Al-Mu'min
Makkiyah
61
Ash-Shaff
14
Madaniyah
61
41
Fushshilat
Makkiyah
62
Al-Jumu'ah
11
Madaniyah
62
42
Asy-Syuura
Makkiyah
63
Al-Munaafiquun
11
Madaniyah
63
43
Az-Zukhruf
Makkiyah
64
At-Taghaabun
18
Madaniyah
64
44
Ad-Dukhaan
Makkiyah
65
Ath-Thalaaq
12
Madaniyah
65
45
Al-Jatsiyaah
Makkiyah
66
At-Tahriim
12
Madaniyah
66
46
Al-Ahqaaf
Makkiyah
67
Al-Mulk
30
Makkiyah
67
51
Adz-Dzariyaat
Makkiyah
68
Al-Qalam
52
Makkiyah
68
88
Al-Ghaasyiyah
Makkiyah
69
Al-Haaqqah
52
Makkiyah
69
18
Al-Kahfi
Makkiyah
70
Al-Ma'aarij
44
Makkiyah
70
16
An-Nahl
Makkiyah
71
Nuh
28
Makkiyah
71
71
Nuh
Makkiyah
72
Al-Jin
28
Makkiyah
72
14
Ibrahim
Makkiyah
73
Al-Muzzammil
20
Makkiyah
73
21
Al-Anbiyaa'
Makkiyah
74
Al-Muddatstsir
56
Makkiyah
74
23
Al-Mu'minuun
Makkiyah
75
Al-Qiyaamah
40
Makkiyah
75
32
As-Sajdah
Makkiyah
76
Al-Insaan
31
Madaniyah
76
52
At-Thuur
Makkiyah
77
Al-Mursalaat
50
Makkiyah
77
67
Al-Mulk
Makkiyah
78
An-Naba'
40
Makkiyah
78
69
Al-Haaqqah
Makkiyah
79
An-Nazi'at
46
Makkiyah
79
70
Al-Ma'aarij
Makkiyah
80
Abasa
42
Makkiyah
80
78
An-Naba'
Makkiyah
81
At-Takwiir
29
Makkiyah
81
79
An-Nazi'at
Makkiyah
82
Al-Infithaar
19
Makkiyah
82
82
Al-Infithaar
Makkiyah
83
Al-Muthaffifiin
36
Makkiyah
83
84
Al-Insyiqaaq
Makkiyah
84
Al-Insyiqaaq
25
Makkiyah
84
30
Ar-Ruum
Makkiyah
85
Al-Buruuj
22
Makkiyah
85
29
Al-'Ankabuut
Makkiyah
86
Ath-Thaariq
17
Makkiyah
86
83
Al-Muthaffifiin
Makkiyah
87
Al-A'laa
19
Makkiyah
87
2
Al-Baqarah
Madaniyah
88
Al-Ghaasyiyah
26
Makkiyah
88
8
Al-Anfaal
Madaniyah
89
Al-Fajr
30
Makkiyah
89
3
Ali 'Imran
Madaniyah
90
Al-Balad
20
Makkiyah
90
33
Al-Ahzab
Madaniyah
91
Asy-Syams
15
Makkiyah
91
60
Al-Mumtahanah
Madaniyah
92
Al-Lail
21
Makkiyah
92
4
An-Nisaa'
Madaniyah
93
Adh-Duhaa
11
Makkiyah
93
99
Al-Zalzalah
Madaniyah
94
Al-insyirah
8
Makkiyah
94
57
Al-Hadiid
Madaniyah
95
At-Tiin
8
Makkiyah
95
47
Muhammad
Madaniyah
96
Al-'Alaq
19
Makkiyah
96
13
Ar-Ra'du
Madaniyah
97
Al-Qadr
5
Makkiyah
97
55
Ar-Rahmaan
Madaniyah
98
Al-Bayyinah
8
Madaniyah
98
76
Al-Insaan
Madaniyah
99
Al-Zalzalah
8
Madaniyah
99
65
Ath-Thalaaq
Madaniyah
100
Al-'Aadiyaat
11
Makkiyah
100
98
Al-Bayyinah
Madaniyah
101
Al-Qaari'ah
11
Makkiyah
101
59
Al-Hasyr
Madaniyah
102
At-Takaatsur
8
Makkiyah
102
24
An-Nuur
Madaniyah
103
Al-'Ashr
3
Makkiyah
103
22
Al-Hajj
Madaniyah
104
Al-Humazah
9
Makkiyah
104
63
Al-Munaafiquun
Madaniyah
105
Al-Fiil
5
Makkiyah
105
58
Al-Mujaadilah
Madaniyah
106
Quraisy
4
Makkiyah
106
49
Al-Hujuraat
Madaniyah
107
Al-Maa'uun
7
Makkiyah
107
66
At-Tahriim
Madaniyah
108
Al-Kautsar
3
Makkiyah
108
64
At-Taghaabun
Madaniyah
109
Al-Kaafiruun
6
Makkiyah
109
61
Ash-Shaff
Madaniyah
110
An-Nashr
3
Madaniyah
110
62
Al-Jumu'ah
Madaniyah
111
Al-lahab
5
Makkiyah
111
48
Al-Fath
Madaniyah
112
Al-Ikhlas
4
Makkiyah
112
5
Al-Maa-idah
Madaniyah
113
Al-Falaq
5
Makkiyah
113
9
At-Taubah
Madaniyah
114
An-Naas
6
Makkiyah
114
110
An-Nashr
Madaniyah


BAB III
Penutup dan Kesimpulan
            Berdasarkan Uraian tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1.        Surat berarti sekumpulan atau sekelompok ayat-ayat al-qur’an yang mandiri yang memiliki permulaan dan penghabisan.
2.        Teori-teori nama surat berdasarkan Tauqifi, yakni dari nabi langsung yang dapat dilihat melalui hadits-haditsnya, dan juga berdasarkan Ijtihadi, yakni berdasarkan ijtihad para sahabat.
3.        Al Qur’an scara garis besar terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
  a.       As Sab’ut Thiwal: Tujuh surat yang panjang,
  b.      Al Mi’un: Sura-surat yang ayatnya lebih dari seratus,
  c.       Al Matsani: Surat yang jumlah ayatnya dibawah Al Mi’un,
  d.      Al Mufashshal: surat yang ayat-ayatnya pendek.
4.        Para ulama’ berbeda pendapat terhadap Tartib Al Suwar, yaitu ada tiga kelompok, yakni:
  a.    Kelompok pertama berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu adalah Tauqifi berdasarkan petunjuk Rasulullah dari Malikat Jibril,
  b.      Kelompok kedua berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu berdasarkan ijtihad para sahabat,
 c.       Kelompok ketiga berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu sebagian berdasarkan pada petunjuk Rosulullah dari Malaikat Jibril, sebagian yang lain berdasarkan atas ijtihad para sahabat.
5.        Berdasarkan dalil dan ijma’ ulama’ pendapat yang pertama lebih kuat dan dapat dipegangi. Dimana seluruh surat-surat Al Qur’an itu seperti sekarang ini adalah berdasarkan petunjuk Rosulullah SAW. dari Malaikat Jibril, dan bahkan sebagian Ulama’ menerangkan itu sudah menjadi ketentuan Allah dalam Lauh Al Mahfudz.

  • Az Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Terjemah Manahil Al Irfan Fi Ulum Al Qur’an, Gaya Media Pratama, 2002.
  • Shihab, Prof. Dr. Muhammad Quraish, M. A., Tafsir Al Qur’an Al Karim (Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu), Pustaka Hidayah, Desember 1997.
  • Al Qattan, Manna’ Khalil, Mabahits Fi Ulum Al Qur’an, Penerjemah: Drs. Mudzakir AS., Litera Antarnusa, 2009.
  • Watt, W. Montgomery, Bell’s Introduction to the Qur’an, Penterjemah: Lillian D. Tedjasudhana, Richard Bell: Pengantar Qur’an, INIS, 1998.
  • Ash-Shiddieqy, Prof. Dr. T. M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang, 1980.
  • Zuhdi, Prof. Drs. H. Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an, PT Bina Ilmu, 1993.
  • Faridl, Drs. Miftah dan Syihabudin, Drs. Agus, Al Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, Pustaka, 1989.
  • http://www.quranpoin.com/urutan-turunnya-wahyu-al-quran-tabel/