bintu Manshur
Jumat, 13 September 2013
Sabtu, 28 April 2012
Gelar-Gelar Ahli Hadits
1.
Al
Musnid, yaitu
orang-orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik ia mengetahuinya
atau tidak.
Al musnid juga disebut dengan Al Thalib,
Al Mubtadi, dan Al Rawi.
3.
Al Hafidz, yaitu
Ø Al Hafidz lebih tinggi
derajatnya dari pada al Muhaddits, dengan sekiranya mengetahui apa yang ada
dalam tiap-tiap tingkatan itu lebih banyak dari apa yang diketahuinya.
Ø Gelar untuk ahli hadis yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits dan
dapat menta’dilkan dan menjarhkan rawinya. Seorang al Hafidz harus menghafal
hadits-hadits sahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka),
illat-illat hadits, dan istilah-istilah para muhaddits.
Ø Orang
yang memadukan sifat-sifat muhaddits ditambah dengan banyaknya hafalan dan
banyaknya jalur agar dapat disebut al Hafidz. Al Hafidz adalah orang yang
menghafal 100.000 hadits baik dalam segi matan maupun sanadnya, meskipun dengan
jalur yang beragam, mengetahui yang shahih dan mengenal berbagai peristilahan yang
digunakan dalam buku hadits.
Ø Al
Mizzy mengatakan, al Hafidz
adalah orang yang pengertiannya banyak dari pada yang tidak diketahuinya. Bila
ia berhasil menghafal lebih dari 100.000 hadits lengkap dengan sanadnya, maka
ia mencapai julukan Hafidz Hujjah. Para muhaddits
yang mendapat gelar ini antara lain al Iraqi, Syarafuddin al Dimyathi, Ibnu
Hajar al Atsqalani, dan Ibnu Daqiqil Id.
4.
Al
Muhaddits, Yaitu;
Ø Al Taju al Subhi mengatakan, Al-muhaddits ialah
orang yang dapat mengetahui sanad sanad, illat illat, nama nama rijal
(rawi-rawi), ali (tinggi), dan nazil (rendah)nya suatu hadis, memahami kutubus
sittah: Musnad Ahmad, Sunan al Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadis
sekurang-kurangnya100 buah.
Ø Orang yang mahir dalam
bidang hadits, baik dari segi riwayah maupun dirayahnya, mampu membedakan yang
lemah dari yang shahih, mengenal ilmu-ilmu dan peristilahannya, mengenal yang
mukhtalif dan mu’talif dari para perawinya, dan memperoleh semua itu dari
imam-imam hadits, disamping mengetahui dalam kata-kata ghorib dalam hadits dan
hal-hal lain, yang memungkinkan mengajarkannya kepada orang lain. Para
muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain Atha ibn Abi Ribah (seorang mufti
masyarakat Mekah, w. 115 H) dan Imam Al Zabidi (salah seorang ulama yang
mengikhtisharkan kitab Bukhari Muslim).
5. Al-Hujjah, Yaitu gelar keahlian bagi para imam
yang sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, maupun perihal si
rawi tentang keadilannya, kecacatannya, dan biografinya (riwayat hidupnya).
Para muhaddits
yang mendapat gelar ini antara lain ialah Hisyam ibn Urwah (w. 146 H), Abu Hudzail
Muhammad ibn Al Walid (w. 149 H), dan Muhammad Abdullah ibn Amr (w. 242 H).
6. Al
Hakim, yaitu orang yang mengetahui seluruh hadits
yang pernah diriwayatkan, baik dari segi sanad maupun matan, jarh (tercela)nya,
ta’dil (terpuji)nya, dan sejarahnya.
Setiap rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru guru, dan sifat sifatnya
yang dapat diterima maupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadis lebih
dari 300.000 hadis beserta sanadnya. Para
muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain Ibn Dinar (w. 162 H), Al Laits ibn
Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (w. 175 H), Imam
Malik (w. 179 H), dan Imam Syafi (w. 204 H).
7.
Amirul
Mu’minin fi Al Hadits, yaitu;
Ø Julukan ini diberikan
kepada orang yang populer pada masanya dalam bidang hafalan dan dirayah hadits,
sehingga menjadi tokoh dan imam pada masanya. Julukan ini telah diberikan
kepada orang-orang semisal Abdurrahman ibn Abdillah ibn Dzakwan al Madany (Abu
az Zanad), Syu’bah ibn Hajjaj, Sufyan al Tsauriy, Imam Malik ibn Anas, Imam
Bukhari, dan lain-lain. Mereka merupakan imam-imam hadits terkemuka, yang
mendapat kesaksian imam-imam besar dan mayoritas umat mengenai keimanan mereka
dan kedalaman mereka dalam bidang ini.
Ø Gelar ini sebenarnya
diberikan kepada para khalifah setelah Khalifah Abu Bakar r.a. Para khalifah
diberikan gelar demikian mengingat jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat
tentang siapakah yang dikatakan khalifah, bahwa khalifah ialah orang-orang
sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan hadisnya. Para
muhaddits pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan
sunnah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain Syu'bah ibn Hajjaj, Sufyan
al Tsauri, Ishaq ibn Rahawaih, Ahmad ibn Hambal, Al Bukhari,
Ad Daruquthni, dan Imam Muslim.
Al
Khatib, Dr. Muhammad ‘Ajjaj, Ushul Al-Hadist Pokok-Pokok Ilmu Hadist, Gaya
Media Pratama, Jakarta, 2007.
Al
Thalhan, Dr. Mahmud, Taisir Mushtholah Al Hadits, Al Haramain.
Jumat, 27 April 2012
خُذُوْنِي
اِلَى الْحَبِيْبِ خُذُوْنِي * اِلَى الضِّيَاءِ
عُيُوْنِي
ِالَى الْمُخْتَارْ حَيْثُ
اْلأَنْوَارْ * وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي
خُذُوْنِي فَضَادِيَ طَالَ وَزَانْ * نُمَتِّعُ
بَصَرِي وَكَذَا الْفُؤَادْ
وَأَلْقَى هَناَىَ وَأَلْقَى مُنَاىَ
* لِنُوْرِ الْعَيْن لِطَهَ الزَّيْن
وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي
فَقَاعِدُ عِنْدَ مَقَامِ الْحَبِيْب * تُثِيْرُ هُمُوْمَ الْمُحِبِّ الْقَرِيْب
وَأَلْقَى هَناَىَ وَأَلْقَى مُنَاىَ * لِنُوْرِ الْعَيْن لِطَهَ الزَّيْن
وَهُنَاكَ دَعُوْنِي دَعُوْنِي Jumat, 23 Maret 2012
Tartib al Suwar
BAB I
Pendahuluan
Al Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung petunjuk bagi umat manusia. Al Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk umat atau suatu umat masa tertentu, tetapi untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Karena semua itulah, Al Qur’an al karim merupakan objek perhatian dari Rasulullah SAW., para sahabat dan ulama’ salaf maupun khalaf sampai saat ini.
Al Qur’an terbagi atas beberapa surat dan didalam surat terdiri dari beberapa ayat. Pembagian Al Qur’an ke dalam surat-surat memberikan kemudahan untuk mempelajari, mengkaji, bahkan menghafalkan Al Qur’an bagi manusia. Surat menguraikan secara rinci menurut problem-problem sejenis sehingga pengertian menjadi runtut.
Surat merupakan benteng dan penjagaan bagi Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an dan agama Islam dari segi keberadaannya sebagai mukjizat yang melemahkan setiap yang sombong.
BAB II
· Pengertian Surat
Suwar adalah kata jamak dari kata surah. Surat memiliki beberapa arti dan makna,
secara etimologi, dikatakan oleh al-Qamus: “ Kata al-surat bararti ( المزيله ) yaitu, posisi. Dan ada juga makna lainnya yaitu : ( الشرف ( artinya kemuliaan dan juga kedudukan. Sedangkan secara terminologi,
هي: طائفة مستقلة من ايات القران ذات مطلع ومقطع السورة
Artinya: surat berarti sekumpulan / sekelompok ayat-ayat al-qur’an yang mandiri yang memiliki permulaan dan penghabisan.
Pendapat lain mengatakan, surah berasal dari bahasa Ibrani shurah, ‘baris’, yang dipakai untuk bata dalam tembok dan untuk cabang tanaman yang merambat. Hal itu diambil dari makna “ tembok yang membatasi suatu kota “. Dari arti tersebut bisa disimpulkan, bahwa maknanya adalah serangkaian bacaan atau bab, meskipun agak dipaksakan. Lagi pula arti tersebut tidak memberikan makna sebagaimana kata surat yang terdapat didalam Al Qur’an.
Dalam surat Yunus dan surat Hud disebutkan;
÷Pr& tbqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."(QS : Yunus 38)
÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."(QS : Hud 13)
Serta surat Al Ankabut disebutkan;
ö@è% (#qè?ù'sù 5=»tGÅ3Î/ ô`ÏiB ÏZÏã «!$# uqèd 3y÷dr& !$yJåk÷]ÏB çm÷èÎ7¨?r& bÎ) óOçFZà2 úüÏ%Ï»|¹ ÇÍÒÈ
Katakanlah: "Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar."(QS : Al Ankabut 49)
Dalam ketiga ayat tersebut bisa kita tarik kesimpulan, bahwa kata surat berasal dari bahasa Suriah surta, yang mengandung arti ‘tulisan’, ‘teks kitab suci’, dan bahkan ‘kitab suci’.
Pengertian surat secara etimologi sangatlah banyak, disini kami (pemakalah) lebih cenderung pada pegertian yang berasal dari bahasa Suriah, yang mengambil kesimpulan dari beberapa ayat Al Qur’an.
· Teori Tentang Nama-Nama Surat
Didalam Al-Qur’an ada sejumlah 35 surat yang dinamai dengan nama-nama yang tiada tersebut perkataan yang dijadikan nama itu di permulaan surat, seperti surah Al-Baqarah. Perkataan al-Baqarah ( sapi betina ) disebut sesudah 65 ayat berlalu dari permulaannya.Surat Ali’Imran demikian juga, yakni terdapat sebutan Ali’Imran sesudah 32 ayat. Dalam Surat An Nisa terdapat beberapa kali perkataan An Nisa. Adapun demikian dengan Al Maidah, sesudah 110 ayat berlalu barulah kita berjumpa lafadz itu akan tetapai jika diperiksa berulang-ulang, terdapatlah bahwa kata-kata yang menjadi nama itu walaupun tidak terletak di permulaan surat pada pembacaan, namun ia dipermulaan surat pada turunnya.
Jumlah surat ada 114. Yang pertama dikenal sebagai Fatihah, ‘ Pembukaan ’, adalah doa pendek. Al Fatihah sendiri mempunyai beberapa nama lain, diantaranya adalah Asy Syafiyah (penyembuh), Ar Ruqyah (mantra), Al Asas (asas dan dasar), Al Waqiyah (pemelihara), Al Kanz (bekal), Ad Du’a’ (doa), As Syukr (syukur), Al Hamid (pujian), Ash Sholat (permohonan), Al Wafiyah (yang amat sempurna), As Sab’ul Matsany, Al Qur’an Al ‘Adzim, Al Kafiah (memadai), Ummul Qur’an, Ummul Kitab dan lain sebagainya.
Setiap surah mempunyai nama atau judul. Umumnya, nama tidak mengacu kepada pokok bahasan surat, melainkan yang menonjol dari surah itu. Misalnya saja surat An-Nahl yang berarti lebah, tetapi lebah baru disebut pada ayat : 68-70, yaitu sesudah lebih dari separohnya; ini satu-satunya bacaan dalam Qur’an yang berbicara tentang lebah. Begitupula, surah As Syu’araa’ yang berarti para penyair; tetapi satu-satunya tempat yang menyebut penyair adalah ayat 224, pada bagian akhir surat.
Teori penamaan surat-surat tersebut berdasarkan tauqifi dan juga ijtihadi. Tauqifi yakni ditangani langsung oleh nabi. Berdasarkan dari hadits-hadits nabi seperti, hadis sahih yang menyatakan bahwa Rasulullah membaca surah A’raf dalam shalat Marghrib dan dalam shalat Shubuh, hari Jum’at membaca surah as-Sajadah, juga membaca surah Qaf pada waktu khutbah, surah Jumu’ah dan surah Munafiqun dalam shalat Jum’at. Hadits tersebut telah menyebutkan beberapa nama surat dari Al Qur’an, yang kemudian nama-nama tersebut dijadikan nama-nama surat didalam Al Qur’an. Ijtihadi yakni ditangani oleh para sahabat. Karena keterbatasan hadits-hadits nabi yang tidak menyebutkan semua nama-nama surat, maka nama surat diperkenalkan oleh cendikiawan atau penyunting di kemudian hari untuk memudahkan pengacuan.
· Kelompok-Kelompok Surat
Para Sahabat mengelompokkan surat-surat Al-Qur’an menjadi 4 bagian, masing-masing kelompok itu disebut dengan istilah khusus, yaitu: “ As-Sab’ut Thiwal”, “Al-Mi’un”, “Al- Matsani”, dan “Al-Mufashshal”.
“ As Sab’ut Thiwal” terdiri dari tujuh surat panjang, yaitu al-baqarah, ali imran, an-nisa’, al-ma’idah, al-an’am, dan al-a’raf. Inilah ke-enam yang pertama, sedang yang ke-tujuh ulama’ berbada pendapat;
- Pendapat yang pertama, surat Al Anfal dan Al Bara’ah menjadi sekaligus, karna tidak adanya pemisahan antara ke-duanya dengan basmallah. Sesuai yang diriwayatkan oleh Ibnu Asytah dari Ismail bin Abbas dari Hibban bin Yahya dari Abu Muhammad al-Qurasyiy, ia berkata :
امرهم عثمان ان يتابعواالطوال فجعل سورة الانفال وسورة التوبة فى السبع ولم يفصل بينهما ببسم الله الرحمن الرحيم
Artinya: Ustman memerintahkan kepada para sahabat agar mengurutkan surat-surat yang panjang-panjang. Kemudian ia menjadikan Al Anfal dan Al Taubah didalam kelompok “ tujuh” dan surat yang ketujuh. Dan ia tidak memisahkan antara al-Anfal dan al-Taubah dengan basmalah.
- Pendapat yang kedua mengatakan surat ketujuh dari As Sab’ut Thiwal adalah surat Yunus, karena surat Al Anfal dan Al Taubah merupakan dua surat yang berbeda, bukan satu surat, meskipun dalam surat Al Taubah tidak terdapat pemisah suratnya yaitu basmallah.
“Al Mi’un” merupakan surat-surat yang jumlah ayatnya sekitar seratus lebih, yaitu surat Yusuf, Hud, Yusuf, An Nahl, Al Kahfi, Al Isra’, Al Anbiya’, Thaha, Al Mukminun, Asy Syu’ara’, dan Ash Shaffat.
“Al Matsany” merupakan surat-surat yang jumlah ayatnya dibawah kelompok Al Mi’un.Af Farra’ mengatakan bahwa Al Matsani adalah surat-surat yang jumlah suratnya kurang dari seratus ayat. Karena ia diulang-ulang, lebih dari diulang-ulangnya kelompok As Sab’ut Thiwal dan Al Mi’un. Diantaranya surat Al Ahzab, Al Hajj, Al Qashash, Tha Sin, Al Furqan, Al Hijr, Al Ra’du, Saba’, Al Mujadalah, Al Zukhruf, Al Hijr dan lain sebagainya.
“Al Mufashshal” merupakan surat-surat yang ada pada bagian akhir Al Qur’an. Diantaranya Al Rahman, Al Najm, Al Muzammil, Al Dzariyat, Al Balad, Al Ghosyiyah, Al Waqi’ah, Al Lail, Al Qiyamah, Al Buruj dan lain sebagainya. Disebut Mufashshal karena banyaknya pemisah antara surat-suratnya dengan basmallah. Ada yang mengatakan karena adanya mansukh didalamnya. Oleh karena itu Mufashshal disebut juga dengan ”Al Muhkam”, sebagaimana riwayat Al Bukhari dari Sa’id bin Zubair, katanya: “sesungguhya yang kalian sebut sebagai Al Mufashshil itu tidak lain adalah Al Muhkam”.
Al Mufashshal dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu; “Thiwal”, “Ausath”, “Qishar”. Yang masuk kelompok Thiwal adalah dari surat Al Hujurat sampai surat Al Buruj. Yang masuk kelompok Ausath adalah dari surat Al Thariq sampai surat Al Bayyinah. Dan yang masuk kelompok Qishar adalah dari surat Al Zalzalah sampai akhir Alqur’an.
· Sistematika Penyusunan Surat dan Argumennya
Dikalangan ulama’ terdapat tiga pendapat dalam permasalahan sistematika penyusunan surat-surat Al Qur’an, yaitu:
1. Kelompok Pertama berpendapat, bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi yang diberitahukan Jibril atas perintah Allah Swt. Seperti yang ada ditangan kita sekarang ini, yaitu tertib mushaf Ustmani. Tak ada seorang sahabat pun yang menentangnya
Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah telah membaca beberapa surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat Mufashshal (surat-surat pendek) dalam satu rakaat. Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud katanya, ”surat Bani Israil, Al Kahfi, Maryam, Thaha, dan Al Anbiya’ termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku pelajari”. Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan sekarang ini.
2. Kelompok kedua berpendapat, bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, mengingat adanya perbedaan tertib surat dalam mushaf-mushaf mereka. Seperti mushaf sahabat Ali yang disusun menurut urutan turunnya (masanya), maka mushafnya dimulai dari urat Al ‘Alaq, Al Muddatsir, Tabbat, At Takwir, dan seterusnya. Mushaf sahabat Ibnu Mas’ud yang dimulai dengan Al Baqarah, Al Nisa’, Ali Imran, dan seterusnya. Dan juga mushaf sahabad Ubay bin Ka’ab yang dimulai dengan Al Fatihah, Al Baqarah, Al Nisa’, Ali Imran, dan seterusnya
3. Kelompok terakhir berpendapat, bahwa sebagian surat itu tertibnya tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat, hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi. Misalnya, keterangan yang menunjukkan tertib as sab’ut thiwal, dan al mufashshal pada masa hidup Rasulullah.
Abu Bakar Al Anbari juga membela pendapat ini, ia berkata: Allah SWT. menurunkan Al qur’an ke langit dunia, kemudian menurunkannya secara bertahap selama dua puluh tahun lebih. Suatu surat turun karena suatu peristiwa. Jibril membimbing Nabi saw. dimana letak surat, ayat atau huruf yang semestinya. Semuanya dari Nabi saw.. Karena itu siapa yang mendahulukan suatu surat ( yang seharusnya diakhirkan ) ataupun mengakhirkan suatu surat ( yang semestinya didahulukan ), berarti telah merusak urutan Al-Qur’an.
Dibawah ini adalah tabel tartib al suwar berdasarkan mushaf Ali, yang yang disusun berdasarkan turunnya wahyu dan mushaf Utsmani, yang disusun berdasarkan tauqifi:
Mushaf Utsmani
| |||||||
No. Surat
|
Nama Surat
|
Jumlah Ayat
|
Tempat Turun
|
Urutan Turun
|
No. Surat
|
Nama Surat
|
Tempat Turun
|
1
|
Al-Faatihah
|
7
|
Makkiyah
|
1
|
96
|
Al-'Alaq
|
Makkiyah
|
2
|
Al-Baqarah
|
286
|
Madaniyah
|
2
|
68
|
Al-Qalam
|
Makkiyah
|
3
|
Ali 'Imran
|
200
|
Madaniyah
|
3
|
73
|
Al-Muzzammil
|
Makkiyah
|
4
|
An-Nisaa'
|
176
|
Madaniyah
|
4
|
74
|
Al-Muddatstsir
|
Makkiyah
|
5
|
Al-Maa-idah
|
120
|
Madaniyah
|
5
|
1
|
Al-Faatihah
|
Makkiyah
|
6
|
Al-An'am
|
165
|
Makkiyah
|
6
|
111
|
Al-lahab
|
Makkiyah
|
7
|
Al-A'raaf
|
206
|
Makkiyah
|
7
|
81
|
At-Takwiir
|
Makkiyah
|
8
|
Al-Anfaal
|
75
|
Madaniyah
|
8
|
87
|
Al-A'laa
|
Makkiyah
|
9
|
At-Taubah
|
129
|
Madaniyah
|
9
|
92
|
Al-Lail
|
Makkiyah
|
10
|
Yunus
|
109
|
Makkiyah
|
10
|
89
|
Al-Fajr
|
Makkiyah
|
11
|
Huud
|
123
|
Makkiyah
|
11
|
93
|
Adh-Duhaa
|
Makkiyah
|
12
|
Yusuf
|
111
|
Makkiyah
|
12
|
94
|
Al-insyirah
|
Makkiyah
|
13
|
Ar-Ra'du
|
43
|
Makkiyah
|
13
|
103
|
Al-'Ashr
|
Makkiyah
|
14
|
Ibrahim
|
52
|
Makkiyah
|
14
|
100
|
Al-'Aadiyaat
|
Makkiyah
|
15
|
Al-Hijr
|
99
|
Makkiyah
|
15
|
108
|
Al-Kautsar
|
Makkiyah
|
16
|
An-Nahl
|
128
|
Makkiyah
|
16
|
102
|
At-Takaatsur
|
Makkiyah
|
17
|
Al-Israa'
|
111
|
Makkiyah
|
17
|
107
|
Al-Maa'uun
|
Makkiyah
|
18
|
Al-Kahfi
|
110
|
Makkiyah
|
18
|
109
|
Al-Kaafiruun
|
Makkiyah
|
19
|
Maryam
|
98
|
Makkiyah
|
19
|
105
|
Al-Fiil
|
Makkiyah
|
20
|
Thaahaa
|
135
|
Makkiyah
|
20
|
113
|
Al-Falaq
|
Makkiyah
|
21
|
Al-Anbiyaa'
|
112
|
Makkiyah
|
21
|
114
|
An-Naas
|
Makkiyah
|
22
|
Al-Hajj
|
78
|
Madaniyah
|
22
|
112
|
Al-Ikhlas
|
Makkiyah
|
23
|
Al-Mu'minuun
|
118
|
Makkiyah
|
23
|
53
|
An-Najm
|
Makkiyah
|
24
|
An-Nuur
|
64
|
Madaniyah
|
24
|
80
|
Abasa
|
Makkiyah
|
25
|
Al-Furqaan
|
77
|
Makkiyah
|
25
|
97
|
Al-Qadr
|
Makkiyah
|
26
|
Asy-Syu'araa'
|
227
|
Makkiyah
|
26
|
91
|
Asy-Syams
|
Makkiyah
|
27
|
An-Naml
|
93
|
Makkiyah
|
27
|
85
|
Al-Buruuj
|
Makkiyah
|
28
|
Al-Qashash
|
88
|
Makkiyah
|
28
|
95
|
At-Tiin
|
Makkiyah
|
29
|
Al-'Ankabuut
|
69
|
Makkiyah
|
29
|
106
|
Quraisy
|
Makkiyah
|
30
|
Ar-Ruum
|
60
|
Makkiyah
|
30
|
101
|
Al-Qaari'ah
|
Makkiyah
|
31
|
Luqman
|
34
|
Makkiyah
|
31
|
75
|
Al-Qiyaamah
|
Makkiyah
|
32
|
As-Sajdah
|
30
|
Makkiyah
|
32
|
104
|
Al-Humazah
|
Makkiyah
|
33
|
Al-Ahzab
|
73
|
Madaniyah
|
33
|
77
|
Al-Mursalaat
|
Makkiyah
|
34
|
Saba '
|
54
|
Makkiyah
|
34
|
50
|
Qaaf
|
Makkiyah
|
35
|
Faathir
|
45
|
Makkiyah
|
35
|
90
|
Al-Balad
|
Makkiyah
|
36
|
Yaasiin
|
83
|
Makkiyah
|
36
|
86
|
Ath-Thaariq
|
Makkiyah
|
37
|
Ash-Shaaffat
|
182
|
Makkiyah
|
37
|
54
|
Al-Qamar
|
Makkiyah
|
38
|
Shaad
|
88
|
Makkiyah
|
38
|
38
|
Shaad
|
Makkiyah
|
39
|
Az-Zumar
|
75
|
Makkiyah
|
39
|
7
|
Al-A'raaf
|
Makkiyah
|
40
|
Al-Mu'min
|
85
|
Makkiyah
|
40
|
72
|
Al-Jin
|
Makkiyah
|
41
|
Fushshilat
|
54
|
Makkiyah
|
41
|
36
|
Yaasiin
|
Makkiyah
|
42
|
Asy-Syuura
|
53
|
Makkiyah
|
42
|
25
|
Al-Furqaan
|
Makkiyah
|
43
|
Az-Zukhruf
|
89
|
Makkiyah
|
43
|
35
|
Faathir
|
Makkiyah
|
44
|
Ad-Dukhaan
|
59
|
Makkiyah
|
44
|
19
|
Maryam
|
Makkiyah
|
45
|
Al-Jatsiyaah
|
37
|
Makkiyah
|
45
|
20
|
Thaahaa
|
Makkiyah
|
46
|
Al-Ahqaaf
|
35
|
Makkiyah
|
46
|
56
|
Al-Waaqi'ah
|
Makkiyah
|
47
|
Muhammad
|
38
|
Madaniyah
|
47
|
26
|
Asy-Syu'araa'
|
Makkiyah
|
48
|
Al-Fath
|
29
|
Madaniyah
|
48
|
27
|
An-Naml
|
Makkiyah
|
49
|
Al-Hujuraat
|
18
|
Madaniyah
|
49
|
28
|
Al-Qashash
|
Makkiyah
|
50
|
Qaaf
|
45
|
Makkiyah
|
50
|
17
|
Al-Israa'
|
Makkiyah
|
51
|
Adz-Dzariyaat
|
60
|
Makkiyah
|
51
|
10
|
Yunus
|
Makkiyah
|
52
|
At-Thuur
|
49
|
Makkiyah
|
52
|
11
|
Huud
|
Makkiyah
|
53
|
An-Najm
|
62
|
Makkiyah
|
53
|
12
|
Yusuf
|
Makkiyah
|
54
|
Al-Qamar
|
55
|
Makkiyah
|
54
|
15
|
Al-Hijr
|
Makkiyah
|
55
|
Ar-Rahmaan
|
78
|
Makkiyah
|
55
|
6
|
Al-An'am
|
Makkiyah
|
56
|
Al-Waaqi'ah
|
96
|
Makkiyah
|
56
|
37
|
Ash-Shaaffat
|
Makkiyah
|
57
|
Al-Hadiid
|
29
|
Madaniyah
|
57
|
31
|
Luqman
|
Makkiyah
|
58
|
Al-Mujaadilah
|
22
|
Madaniyah
|
58
|
34
|
Saba '
|
Makkiyah
|
59
|
Al-Hasyr
|
24
|
Madaniyah
|
59
|
39
|
Az-Zumar
|
Makkiyah
|
60
|
Al-Mumtahanah
|
13
|
Madaniyah
|
60
|
40
|
Al-Mu'min
|
Makkiyah
|
61
|
Ash-Shaff
|
14
|
Madaniyah
|
61
|
41
|
Fushshilat
|
Makkiyah
|
62
|
Al-Jumu'ah
|
11
|
Madaniyah
|
62
|
42
|
Asy-Syuura
|
Makkiyah
|
63
|
Al-Munaafiquun
|
11
|
Madaniyah
|
63
|
43
|
Az-Zukhruf
|
Makkiyah
|
64
|
At-Taghaabun
|
18
|
Madaniyah
|
64
|
44
|
Ad-Dukhaan
|
Makkiyah
|
65
|
Ath-Thalaaq
|
12
|
Madaniyah
|
65
|
45
|
Al-Jatsiyaah
|
Makkiyah
|
66
|
At-Tahriim
|
12
|
Madaniyah
|
66
|
46
|
Al-Ahqaaf
|
Makkiyah
|
67
|
Al-Mulk
|
30
|
Makkiyah
|
67
|
51
|
Adz-Dzariyaat
|
Makkiyah
|
68
|
Al-Qalam
|
52
|
Makkiyah
|
68
|
88
|
Al-Ghaasyiyah
|
Makkiyah
|
69
|
Al-Haaqqah
|
52
|
Makkiyah
|
69
|
18
|
Al-Kahfi
|
Makkiyah
|
70
|
Al-Ma'aarij
|
44
|
Makkiyah
|
70
|
16
|
An-Nahl
|
Makkiyah
|
71
|
Nuh
|
28
|
Makkiyah
|
71
|
71
|
Nuh
|
Makkiyah
|
72
|
Al-Jin
|
28
|
Makkiyah
|
72
|
14
|
Ibrahim
|
Makkiyah
|
73
|
Al-Muzzammil
|
20
|
Makkiyah
|
73
|
21
|
Al-Anbiyaa'
|
Makkiyah
|
74
|
Al-Muddatstsir
|
56
|
Makkiyah
|
74
|
23
|
Al-Mu'minuun
|
Makkiyah
|
75
|
Al-Qiyaamah
|
40
|
Makkiyah
|
75
|
32
|
As-Sajdah
|
Makkiyah
|
76
|
Al-Insaan
|
31
|
Madaniyah
|
76
|
52
|
At-Thuur
|
Makkiyah
|
77
|
Al-Mursalaat
|
50
|
Makkiyah
|
77
|
67
|
Al-Mulk
|
Makkiyah
|
78
|
An-Naba'
|
40
|
Makkiyah
|
78
|
69
|
Al-Haaqqah
|
Makkiyah
|
79
|
An-Nazi'at
|
46
|
Makkiyah
|
79
|
70
|
Al-Ma'aarij
|
Makkiyah
|
80
|
Abasa
|
42
|
Makkiyah
|
80
|
78
|
An-Naba'
|
Makkiyah
|
81
|
At-Takwiir
|
29
|
Makkiyah
|
81
|
79
|
An-Nazi'at
|
Makkiyah
|
82
|
Al-Infithaar
|
19
|
Makkiyah
|
82
|
82
|
Al-Infithaar
|
Makkiyah
|
83
|
Al-Muthaffifiin
|
36
|
Makkiyah
|
83
|
84
|
Al-Insyiqaaq
|
Makkiyah
|
84
|
Al-Insyiqaaq
|
25
|
Makkiyah
|
84
|
30
|
Ar-Ruum
|
Makkiyah
|
85
|
Al-Buruuj
|
22
|
Makkiyah
|
85
|
29
|
Al-'Ankabuut
|
Makkiyah
|
86
|
Ath-Thaariq
|
17
|
Makkiyah
|
86
|
83
|
Al-Muthaffifiin
|
Makkiyah
|
87
|
Al-A'laa
|
19
|
Makkiyah
|
87
|
2
|
Al-Baqarah
|
Madaniyah
|
88
|
Al-Ghaasyiyah
|
26
|
Makkiyah
|
88
|
8
|
Al-Anfaal
|
Madaniyah
|
89
|
Al-Fajr
|
30
|
Makkiyah
|
89
|
3
|
Ali 'Imran
|
Madaniyah
|
90
|
Al-Balad
|
20
|
Makkiyah
|
90
|
33
|
Al-Ahzab
|
Madaniyah
|
91
|
Asy-Syams
|
15
|
Makkiyah
|
91
|
60
|
Al-Mumtahanah
|
Madaniyah
|
92
|
Al-Lail
|
21
|
Makkiyah
|
92
|
4
|
An-Nisaa'
|
Madaniyah
|
93
|
Adh-Duhaa
|
11
|
Makkiyah
|
93
|
99
|
Al-Zalzalah
|
Madaniyah
|
94
|
Al-insyirah
|
8
|
Makkiyah
|
94
|
57
|
Al-Hadiid
|
Madaniyah
|
95
|
At-Tiin
|
8
|
Makkiyah
|
95
|
47
|
Muhammad
|
Madaniyah
|
96
|
Al-'Alaq
|
19
|
Makkiyah
|
96
|
13
|
Ar-Ra'du
|
Madaniyah
|
97
|
Al-Qadr
|
5
|
Makkiyah
|
97
|
55
|
Ar-Rahmaan
|
Madaniyah
|
98
|
Al-Bayyinah
|
8
|
Madaniyah
|
98
|
76
|
Al-Insaan
|
Madaniyah
|
99
|
Al-Zalzalah
|
8
|
Madaniyah
|
99
|
65
|
Ath-Thalaaq
|
Madaniyah
|
100
|
Al-'Aadiyaat
|
11
|
Makkiyah
|
100
|
98
|
Al-Bayyinah
|
Madaniyah
|
101
|
Al-Qaari'ah
|
11
|
Makkiyah
|
101
|
59
|
Al-Hasyr
|
Madaniyah
|
102
|
At-Takaatsur
|
8
|
Makkiyah
|
102
|
24
|
An-Nuur
|
Madaniyah
|
103
|
Al-'Ashr
|
3
|
Makkiyah
|
103
|
22
|
Al-Hajj
|
Madaniyah
|
104
|
Al-Humazah
|
9
|
Makkiyah
|
104
|
63
|
Al-Munaafiquun
|
Madaniyah
|
105
|
Al-Fiil
|
5
|
Makkiyah
|
105
|
58
|
Al-Mujaadilah
|
Madaniyah
|
106
|
Quraisy
|
4
|
Makkiyah
|
106
|
49
|
Al-Hujuraat
|
Madaniyah
|
107
|
Al-Maa'uun
|
7
|
Makkiyah
|
107
|
66
|
At-Tahriim
|
Madaniyah
|
108
|
Al-Kautsar
|
3
|
Makkiyah
|
108
|
64
|
At-Taghaabun
|
Madaniyah
|
109
|
Al-Kaafiruun
|
6
|
Makkiyah
|
109
|
61
|
Ash-Shaff
|
Madaniyah
|
110
|
An-Nashr
|
3
|
Madaniyah
|
110
|
62
|
Al-Jumu'ah
|
Madaniyah
|
111
|
Al-lahab
|
5
|
Makkiyah
|
111
|
48
|
Al-Fath
|
Madaniyah
|
112
|
Al-Ikhlas
|
4
|
Makkiyah
|
112
|
5
|
Al-Maa-idah
|
Madaniyah
|
113
|
Al-Falaq
|
5
|
Makkiyah
|
113
|
9
|
At-Taubah
|
Madaniyah
|
114
|
An-Naas
|
6
|
Makkiyah
|
114
|
110
|
An-Nashr
|
Madaniyah
|
BAB III
Penutup dan Kesimpulan
Berdasarkan Uraian tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1. Surat berarti sekumpulan atau sekelompok ayat-ayat al-qur’an yang mandiri yang memiliki permulaan dan penghabisan.
2. Teori-teori nama surat berdasarkan Tauqifi, yakni dari nabi langsung yang dapat dilihat melalui hadits-haditsnya, dan juga berdasarkan Ijtihadi, yakni berdasarkan ijtihad para sahabat.
3. Al Qur’an scara garis besar terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. As Sab’ut Thiwal: Tujuh surat yang panjang,
b. Al Mi’un: Sura-surat yang ayatnya lebih dari seratus,
c. Al Matsani: Surat yang jumlah ayatnya dibawah Al Mi’un,
d. Al Mufashshal: surat yang ayat-ayatnya pendek.
4. Para ulama’ berbeda pendapat terhadap Tartib Al Suwar, yaitu ada tiga kelompok, yakni:
a. Kelompok pertama berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu adalah Tauqifi berdasarkan petunjuk Rasulullah dari Malikat Jibril,
b. Kelompok kedua berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu berdasarkan ijtihad para sahabat,
c. Kelompok ketiga berpendapat, bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu sebagian berdasarkan pada petunjuk Rosulullah dari Malaikat Jibril, sebagian yang lain berdasarkan atas ijtihad para sahabat.
5. Berdasarkan dalil dan ijma’ ulama’ pendapat yang pertama lebih kuat dan dapat dipegangi. Dimana seluruh surat-surat Al Qur’an itu seperti sekarang ini adalah berdasarkan petunjuk Rosulullah SAW. dari Malaikat Jibril, dan bahkan sebagian Ulama’ menerangkan itu sudah menjadi ketentuan Allah dalam Lauh Al Mahfudz.
- Az Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Terjemah Manahil Al Irfan Fi Ulum Al Qur’an, Gaya Media Pratama, 2002.
- Shihab, Prof. Dr. Muhammad Quraish, M. A., Tafsir Al Qur’an Al Karim (Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu), Pustaka Hidayah, Desember 1997.
- Al Qattan, Manna’ Khalil, Mabahits Fi Ulum Al Qur’an, Penerjemah: Drs. Mudzakir AS., Litera Antarnusa, 2009.
- Watt, W. Montgomery, Bell’s Introduction to the Qur’an, Penterjemah: Lillian D. Tedjasudhana, Richard Bell: Pengantar Qur’an, INIS, 1998.
- Ash-Shiddieqy, Prof. Dr. T. M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang, 1980.
- Zuhdi, Prof. Drs. H. Masjfuk, Pengantar Ulumul Qur’an, PT Bina Ilmu, 1993.
- Faridl, Drs. Miftah dan Syihabudin, Drs. Agus, Al Qur’an Sumber Hukum Islam yang Pertama, Pustaka, 1989.
- http://www.quranpoin.com/urutan-turunnya-wahyu-al-quran-tabel/
Langganan:
Komentar (Atom)